oleh dr. Novrina W. Resti (Dokter Umum Klinik Itjen Kemendikbud
Tidur merupakan bagian penting pada rutinitas harian seseorang. Hampir sepertiga waktu dalam keseharian kita dihabiskan untuk tidur. Tidur yang berkualitas tidak hanya masalah kuantitas tetapi juga tidur di waktu yang tepat. Kebutuhan akan tidur sama pentingnya dengan makan dan minum. Masalah kurang tidur yang berlangsung lama dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, depresi, dan obesitas.
Tidurnya seseorang dapat dibagi dalam dua tipe yaitu rapid eye movement (REM) dan non-rapid eye movement (Non-REM). Seseorang akan mengalami seluruh siklus dalam tidur, baik fase Non-REM maupun REM. Seseorang akan mengalami tahapan dalam fase Non-REM dan REM dalam beberapa kali siklus dengan durasi yang berbeda.
Tahap 1 Non-REM
Tahap ini disaat mata mulai tertutup, terjadi perubahan dari sadar penuh ke tahap tidur. Tahap ini berlangsung 5-15 menit. Pada tahan ini seseorang masih mudah untuk dibangunkan dari tidur. Di tahap ini seseorang mulai mengalami penurunan aktivitas tubuh ketika nadi, napas, dan gerakan mata melambat, serta terjadi relaksasi otot, kadang-kadang sesekali terjadi kedutan pada beberapa bagian tubuh.
Tahap 2 Non-REM
Ini merupakan periode tidur ringan sebelum seseorang menuju tahap tidur nyenyak (deep sleep). Pada tahap ini napas, nadi, dan otot melemah, suhu tubuh menurun, dan gerakan mata berhenti. Tahap ini berlangsung 10-25 menit. Seseorang dapat menghabiskan banyak waktu untuk mengulang tahap 2 ini dibandingkan tahap lainnya.
Tahap 3 Non-REM Tahap ini disebut dengan tidur nyenyak atau deep sleep. Umumnya seseorang akan sulit dibangunkan pada tahap ini. Jika dibangunkan, sesorang akan mengalami disorientasi dalam beberapa menit. Nadi dan napas menurun, otot relaksasi, dan gelombang otak melambat. Tahap ini berlangsung 10-25 menit. Tahap inilah yang dibutuhkan seseorang untuk mendapatkan perasaan segar di pagi hari.
REM Tahap ini terjadi sekitar 90 menit setelah seseorang mulai tidur. Pada tahap ini mata akan bergerak dengan cepat dari sisi ke sisi di saat mata tertutup. Napas menjadi lebih meningkat dan tak teratur, nadi dan tekanan darah meningkat mendekati ketika level sadar. Pada tahap ini bisa muncul mimpi, saat otak menjadi lebih aktif. Otot lengan dan kaki dapat mengalami paralisis (kelemahan) sementara untuk mencegah gerakan aktif saat seseorang bermimpi. REM menstimulasi area otak yang membantu seseorang dalam proses belajar. Seiring bertambahnya usia, tidur fase REM akan semakin berkurang. Seorang bayi dapat menghabiskan 50% waktu tidurnya pada fase REM. Sedangkan orang dewasa bisa menghabiskan 20% waktu tidurnya untuk fase REM.
Referensi
- Sabrina Felson, What Are REM and Non-REM Sleep? [Internet]. National Institutes of Health,National Sleep Foundation.United State. [Update: 16 Oktober 2020. Citied: 30 September 2021]. Diakses melalui: https://www.webmd.com/sleep-disorders/sleep-101
- Brain Basics: Understanding Sleep [Internet]. Office of Communications and Public Liaison
National Institute of Neurological Disorders and Stroke,National Institutes of Health. Bethesda. [Update: 13 Agustus 2019. Citied: 30 September 2021]. Diakses melalui: https://www.ninds.nih.gov/Disorders/Patient-Caregiver-Education/Understanding-Sleep - Sumber gambar 1: https://www.shutterstock.com/search/people+sleeping
- Sumber gambar 2: https://www.rr-99.top/ProductDetail.aspx?iid=144291440&pr=30.99