Deprecated: Automatic conversion of false to array is deprecated in /home/mojedttr/public_html/covid19/wp-content/plugins/wp-import-export-lite/includes/classes/import/extensions/bg/class-wpie-bg.php on line 92
Keloid dan Parut Hipertrofi – ITJEN KEMENDIKBUD

Keloid dan Parut Hipertrofi

oleh dr. Novrina W. Resti (Dokter Poliklinik Itjen Kemendikbudristek)

Keloid adalah penyembuhan dengan pertumbuhan berlebihan jaringan ikat melebihi ukuran luka, sedangkan parut hipertrofi sesuai dengan ukuran luka dan akan mengalami resolusi. Kedua bekas luka ini terkadang membuat rasa tidak nyaman baik secara fisik maupun emosional bagi sebagian orang, baik karena gejala yang ditimbulkan maupun lokasi bekas luka tersebut.

Belum banyak teori yang menjelaskan dengan pasti penyebab timbulnya keloid. Keloid terjadi akibat penyembuhan luka yang abnormal. Keloid terjadi akibat ketidakseimbangan antara peningkatan sintesis kolagen dan matriks ekstraseluler dengan proses degradasinya. Berbagai mediator inflamasi juga berperan dalam proses terjadinya keloid sehingga luka tumbuh secara berlebihan.

Lokasi tubuh yang sering muncul keloid di antaranya lengan atas, kulit yang menutupi sendi, dada, bahu, daerah kepala-leher, dan beberapa terjadi di area telinga. Kadang-kadang keloid muncul secara spontan, tetapi lebih sering terjadi setelah terjadi luka pada area tubuh tertentu, seperti luka bekas operasi atau pembedahan, luka bakar, tindakan estetik/kosmetik, reaksi terhadap benda asing, gigitan serangga, tato, tindik, pascavaksinasi, atau pun tekanan mekanik terus menerus pada suatu bagian tubuh.

Beberapa gejala yang menyertai keloid di antaranya rasa panas/terbakar,nyeri,gatal, gangguan pergerakan, dan hiperestesi (sensitivitas yang berlebihan terhadap suatu rangsangan di kulit).

Terkadang keloid dan parut hipertrofi terlihat mirip, tetapi sebenarnya kedua bekas luka ini memiliki beberapa perbedaan.

Parut Hipertrofik
Keloid
Keloid
Keloid

Referensi

  1. Udayan Betarbet, MD and Travis W. Blalock, MD; Keloids: A Review of Etiology, Prevention, and Treatment. [Internet]. The Journal of Clinic and Aesthetic Dermatology. [Published: 1 Februari 2020. Citied: 7 Oktober 2021]. Diakses melalui: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7158916/.
  2. Ojeh N, Bharatha A, Gaur U and Forde AL. Keloids: Current and emerging therapies. Scars, Burns & Healing, Volume 6, 2020.[ Published: 10 Agustus 2020, Citied: 7 Oktober 2021]. Diakses melalui: https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/2059513120940499.
  3. Arwani. Keloid dan Parut Hipertrofik. [Internet]. Bedah Plastik Universitas Airlangga,Surabaya. 2019. [Published: 15 Juli 2019, Citied: 7 Oktober 2021]. Diakses melalui: https://spesialis1.bpre.fk.unair.ac.id/keloid-parut-hipertrofik.html
  4. Rosacea. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2017.
  5. Sumber gambar 1: https://www.emedihealth.com/skin-beauty/more-skin-conditions/remove-keloids
  6. Sumber gambar 2: Parut Hipertrofi https://dermnetnz.org/topics/keloids-and-hypertrophic-scar
  7. Sumber gambar 3: Keloid https://dermnetnz.org/topics/keloids-and-hypertrophic-scar
  8. Sumber gambar 4: Keloid https://id.quora.com/
  9. Sumber gambar 5: Keloid https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/2059513120940499
to top