oleh dr. Novrina W. Resti (Dokter Klinik Itjen Kemendikbudristek)
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan kadar komponen lipid dalam plasma. Dislipidemia ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol dan atau trigliserida atau penurunan kadar High-density lipoprotein (HDL). Menurut Pedoman PERKENI 2019, dikatakan dislipidemia jika ditemukan peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL), dan atau trigliserida serta penurunan HDL.
Peningkatan kadar kolesterol dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular sehingga pengelolaan dislipidemia sangatlah penting. Penanganan dislipidemia terdiri dari terapi farmakologis dan non-farmakologis. Terapi farmakologis dengan memberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar kolesterol. Terpai non-farmakologis yang terpenting adalah perubahan gaya hidup di antaranya kecukupan aktivitas fisik, kecukupan dan penyesuaian nutrisi, penurunan berat badan, dan penghentian merokok. Dengan pengelolaan yang baik, akan menurunkan resiko komplikasi kardiovaskular bagi penyintas dislipidemia.
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang disarankan tidaklah harus aktivitas atau olahraga berat. Kontinuitas dan konsistensi dalam melakukan aktivitas fisik dinilai lebih penting. Aktivitas fisik yang disarankan:
- Setidaknya dilakukan 30 menit setiap kali sesi latihan;
- Dilakukan 4—6 kali per minggu;
- Jenis kegiatan yang dilakukan di antaranya jalan cepat, sepeda statis, atau pun berenang. Selain aktivitas aerobik, latihan penguatan otot juga disarankan minimal 2 kali per minggu. Bagi penyintas dislipidemia yang disertai gangguan sendi, harus berhati-hati atau menghindari kegiatan fisik yang membebani atau berisiko tinggi terhadap sendi.
Terapi Nutrisi
Bagi penyintas dislipidemia dewasa, diet rendah kalori sangatlah dianjurkan. Makanan yang baik dikonsumsi pada diet rendah kalori ini adalah buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan, dan daging. Perlu diperhatikan daging masih boleh dikonsumsi asalkan jenis daging tanpa lemak. The American Heart Association (AHA) merekomendasikan untuk mengurangi konsumsi saturated fat (lemak jenuh) dan trans fat (lemak trans). Makanan dengan lemak jenuh dan lemak trans seperti daging merah berlemak (sapi, domba, babi), daging unggas dengan kulitnya, butter, keju, ice cream, kelapa, minyak kelapa, makanan yang dibakar dan digoreng.
Berhenti Merokok
Merokok merupakan faktor risiko yang kuat untuk penyakit kardiovaskular di antaranya jantung koroner, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer. Merokok mempercepat pembentukan plak pada pembuluh darah, inilah yang sangat berbahaya. Dengan berhenti merokok akan membantu meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah.
Referensi
- Aman Andi Makbul, et all. Pedoman Pengelolaan Dislipidemia Di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI; 2019.6-9.
- American Heart Association. Prevention and Treatment of High Cholesterol (Hyperlipidemia). AHA [Internet]. 11 November 2020. [citied: 10 januari 2022]. Available from: https://www.heart.org/en/health-topics/cholesterol/prevention-and-treatment-of-high-cholesterol-hyperlipidemia
- American Heart Association. Saturated Fat. AHA [Internet]. 1 November 2021. Available from: https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart/fats/saturated-fats
- Kelly Robert B. Diet and Exercise in the Management of Hyperlipidemia. AAFP [Internet]. 1 May 2010. [citied: 10 Januari 2022];Vol. 81 (9): 1097-1102. Available from: https://www.aafp.org/afp/2010/0501/p1097.html.
- Sumber gambar: https://vajiramias.com/