Dekatkan Diri ke Masyarakat, Itjen Kemdikbudristek Luncurkan Posko Rumah Cegah Bergaya Indische
April 26, 2022 2022-04-26 4:29Dekatkan Diri ke Masyarakat, Itjen Kemdikbudristek Luncurkan Posko Rumah Cegah Bergaya Indische
Dekatkan Diri ke Masyarakat, Itjen Kemdikbudristek Luncurkan Posko Rumah Cegah Bergaya Indische
Jakarta, (Itjen Kemdikbudristek) – Dalam rangka menyambut bulan perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada Mei 2022, Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan dan memperkenalkan Posko Rumah Cegah ke masyarakat, sekaligus melakukan seremonial penyerahan sertifikat SNI ISO 370001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) di halaman kantor Itjen Kemdikbudristek, Jakarta, pada Senin, (25/04). Posko Rumah Cegah sendiri adalah bangunan fisik Unit Layanan Terpadu dan sentra informasi kegiatan Itjen Kemdikbudristek untuk masyarakat umum, yang didesain sedemikian rupa dengan harapan dapat merangkul dan menarik minat masyarakat untuk mengunjunginya.
Inspektur Jenderal (Irjen) Kemdikbudristek, Chatarina Muliana Girsang dalam arahannya menjelaskan bahwa lahirnya Posko Rumah Cegah ini berawal dari pengamatan atas banyaknya gedung tinggi di sepanjang Jalan Sudirman – Thamrin yang tak mencerminkan budaya Indonesia. “Berawal dari pengamatan atas banyaknya gedung pencakar langit di sepanjang Jalan Sudirman – Thamrin yang tak mencerminkan ciri khas keindonesiaan, maka muncul gagasan untuk merombak Pos Keamanan Itjen menjadi bangunan yang dapat merefleksikan Pendidikan dan Kebudayaan,” jelas Irjen Chatarina.
Melalui renovasi tanpa mengubah pondasi, lanjut Irjen Chatarina, jadilah sebuah bangunan bercirikan indis (indische) yang lahir dari kebudayaan lokal dan pendatang. “Perpaduan antara arsitektur Eropa/Belanda dan rumah tradisional tampak pada ornamen kayu yang sering kita jumpai pada rumah berbagai etnis di Indonesia. Warna putih melambangkan birokrasi bersih dan melayani, sehingga tempat ini dapat digunakan untuk sarana informasi, pameran, diskusi, bahkan bisa untuk melepas penat dan berfoto, karena salah satu tujuannya dibangun adalah untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung, ” jelas Irjen Chatarina.
Sekretaris (Ses) Itjen Kemdikbudristek, Subiyantoro menjelaskan, gedung mungil ini diberi nama Rumah Cegah, sebagai elaborasi fungsi Pos Keamanan menjadi lebih luas maknanya. “Jadi bukan lagi sekadar mencegah sesuatu yang tidak diharapkan, namun sebagai simbol penangkal korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mencegah intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan di lingkungan Kemdikbudristek,” papar Ses Subiyantoro.
Ses Subiyantoro menyampaikan harapannya, semoga Posko Rumah Cegah dapat menjangkau masyarakat luas, dan memanfaatkan Rumah Cegah ini selaras dengan semangat Merdeka Belajar – Kampus Merdeka.
Dalam kesempatan yang sama, Itjen Kemdikbudristek juga melakukan seremonial penyerahan sertifikat SMAP dan pembukaan pameran tunggal lukisan Abbas Alibasyah yang difasilitasi dari Galeri Nasional.
Penyerahan Sertifikat SMAP dilakukan oleh Direktur Komersial Sucofindo Darwin Abbas kepada Irjen Chatarina, dan disaksikan oleh Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian Badan Standardisasi Nasional, Zakiyah.
Untuk menarik minat masyarakat berkunjung, secara berkala akan dilakukan pameran di bangunan Posko Rumah Cegah. Pameran perdana menampilkan lukisan reproduksi karya Abbas Alibasyah dari koleksi Galeri Nasional. Pemilihan Abbas Alibasyah sebagai pelukis pertama yang karyanya ditampilkan bukannya tanpa alasan. Abbas Alibasyah adalah mantan Inspektur Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang mengawali karir sebagai pelukis dan kemudian menjadi pendidik.
Pada kesempatan ini, sebanyak delapan (8) lukisan dipamerkan. Lukisan bermedia kanvas ini dibuat dalam kurun waktu 1969 hingga 1991. Abas Alibasyah (1928-2016) sendiri lahir di Purwakarta dengan nama Alibasyah Natapriyatna. Ia bergabung dengan Keimin Bunka Shidoso di Bandung dan Sanggar Pelukis Rakyat di Yogyakarta. Ia menempuh studi di Akademi Seni Rupa Indonesia/ASRI (1950-1956) dan studi ke Belanda (1968). Karya-karyanya mendapatkan pengaruh dari Barli Sasmitawinata, Affandi, Hendra Gunawan, dan Sudjana Kerton. Karya-karyanya bergaya realistik, surealistik, hingga abstrak yang mengolah bentuk-bentuk patung etnis. Ia pernah berpameran di Australia, Prancis, dan berbagai negara lainnya. Di penghujung acara, Irjen Chatarina memotong pita di pintu masuk Posko Rumah Cegah, yang menandakan pintu bangunan ini resmi terbuka bagi masyarakat, dan menandatangani prasasti peresmian gedung yang dilanjutkan dengan tur mengelilingi bagian dalam bangunan dan pameran lukisan Abbas Alibasyah diikuti oleh tamu undangan lain. Hadir dalam acara ini Kepala Biro Umum dan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Jenderal Kemdikbudristek, Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek, Kepala Galeri Nasional, Direktur Komersial Sucofindo, Deputi Bidang Penerapan Standar dan Penilaian Kesesuaian Badan Standardisasi Nasional, Para Inspektur Kemdikbudristek, beserta tamu undangan lain.