Keberagaman Budaya Menjadi Pendorong Energi Positif BERISIK Yogyakarta
Agustus 31, 2023 2023-08-31 20:14Keberagaman Budaya Menjadi Pendorong Energi Positif BERISIK Yogyakarta
Penulis: Michelle Defani

(Yogyakarta, Itjen Kemendikbudristek) – Dalam rangka mengampanyekan tiga dosa besar pendidikan, Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Itjen Kemendikbudristek) kembali menyelenggarakan rangkaian acara Berbincang Asik (BERISIK) soal kebinekaan di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Jumat (25/8/2023).
Tidak kurang dari 115 mahasiswa ikut mengambil peran dalam acara BERISIK Yogyakarta dengan mendengar dan berdiskusi secara langsung dengan empat pembicara hebat yaitu Inspektur Jenderal (Irjen) Kemendikbudristek, Chatarina Muliana, Habib Husein Ja’far Al Hadar, musisi Yosi Mokalu dari grup musik Project Pop, dan staf khusus presiden dalam bidang sosial, Ayu Kartika Dewi. Para pembicara berkesan ini membagikan berbagai insight dan pemahaman seputar kebinekaan. Sebagai agen perubahan, ilmu dan wawasan ini bermanfaat bagi para mahasiswa dalam memperkuat sikap inklusif dan toleransi di tengah-tengah masyarakat.
Sejak tengah hari, terlihat para peserta bercanda gurau dengan peserta lain walaupun baru saling kenal dalam kegiatan ini. Ada pula peserta yang ikut bermain permainan papan dengan peserta lainnya. Tak hanya itu, keseruan acara ini juga terlihat dari banyaknya para peserta yang mengabadikan momen dengan mengambil photobooth dan videobooth bersama teman-teman baru mereka.
Tak kalah menarik, acara ini juga dipenuhi dengan semangat dan keceriaan dari para pewara yang membuka acara BERISIK dengan musik, percakapan, dan ajakan bagi peserta untuk melafalkan yel-yel yang telah dibuat oleh salah satu dari mereka, Akram Restu Alifa, berbunyi “Tumraping jagad, karsa ngrasa, nagari budaya! BERISIK Yogya? Istimewa!”. Tagline ini menjelaskan keberagaman budaya sebagai karakter diri mahasiswa Indonesia.

Dalam pemaparan materi yang disampaikan, Irjen Kemendikbudristek, Chatarina Muliana, menyatakan bahwa setiap individu harus bisa menerapkan nilai-nilai toleransi dengan mengasihi orang-orang lain seperti mengasihi diri sendiri. “Kasihilah sesamamu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri,” tuturnya.
Habib Ja’far menjelaskan bahwa generasi muda harus bisa melihat dan menyadari peluang toleransi dengan memunculkan narasi-narasi kecil yang membangun toleransi. “Mainkan narasi-narasi kecil yang membawa toleransi, orang yang toleran adalah orang yang dalam setiap langkahnya melakukan toleransi,” kata Habib Ja’far.
Mendukung pendapat yang disampaikan oleh Habib Ja’far, Yosi mengungkapkan bahwa setiap individu pasti akan mendapatkan kasus yang berbeda dalam hal perbedaan, tetapi hal ini akan menjadi pendorong bagi para mahasiswa untuk melakukan sesuatu dalam menyikapi perbedaan tersebut. “Perbedaan tidak akan pernah berhenti kita temukan, apa yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita mengembalikan diri kita, menyikapinya, dan mengendalikannya,” ujar Yosi.
Pembicara Ayu Kartika Dewi, berpesan bahwa toleransi hanya dapat terjadi jika masing-masing individu khususnya mahasiswa zaman sekarang bisa mengajari toleransi baik pada diri sendiri, orang terdekat, dan masyarakat. Hal ini bisa dimulai dengan mengambil langkah-langkah kecil seperti mengikuti dan membagikan konten toleransi di media sosial. “Toleransi itu bisa diajarkan, tetapi harus ada yang mengajari,” ungkapnya.

Pada pukul 18.00 WIB, sesi diskusi berakhir. Acara ditutup dengan foto bersama, seruan yel-yel disertai letusan confetti, dan makan malam.