Kemendikbudristek Perkuat Sinergi dengan Komunitas untuk Mendorong Merdeka Belajar
Maret 6, 2024 2024-03-06 11:35Kemendikbudristek Perkuat Sinergi dengan Komunitas untuk Mendorong Merdeka Belajar
(Jakarta, Itjen Kemendikbudristek) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus menggalang dukungan dan sinergi dengan komunitas-komunitas di seluruh Indonesia dalam upaya mendorong Gerakan Merdeka Belajar. Dalam sebuah dialog yang digelar di Jakarta pada Jumat (01/03/2024), Kemendikbudristek secara aktif berinteraksi dengan perwakilan dari berbagai komunitas, termasuk orang tua, guru, pelajar, dan mahasiswa.
Dialog ini dimulai dengan pembukaan oleh Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo, yang menjelaskan esensi dari Merdeka Belajar sebagai transformasi mendalam dalam sistem pendidikan. Salah satu peserta dialog, Budi Utomo dari komunitas Kami Pengajar, menyambut baik respons positif dari orang tua terhadap Kurikulum Merdeka, yang dianggap memberikan kesetaraan dan kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan bakat siswa. “Mereka merasa anaknya ‘diorangkan’. Jadi anak tidak harus pintar di bidang akademik, tetapi bisa juga pintar di bidang yang menjadi minat dan bakatnya,” katanya.
Anindito menekankan bahwa Merdeka Belajar bukan hanya tentang kurikulum baru, melainkan tentang menciptakan manusia-manusia merdeka yang mampu berpikir dan bertindak mandiri. Dia juga menyoroti perbaikan sistem penilaian kinerja guru melalui e-kinerja, yang memberikan kesempatan bagi guru untuk merefleksikan dan meningkatkan metode pengajarannya. “Mereka dapat menentukan area mana yang perlu diperbaiki. Langkah pertama adalah mengidentifikasi hal apa yang ingin diperbaiki oleh guru,” ujarnya.
Dalam tanggapannya terhadap pertanyaan tentang penggantian Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum Nasional, Anindito menegaskan bahwa Kurikulum Merdeka ditetapkan sebagai kurikulum nasional dan bukan digantikan. Sekolah yang belum menerapkan kurikulum ini diberikan waktu hingga dua hingga tiga tahun ke depan untuk berproses menuju penerapan penuh.
Pentingnya Asesmen Nasional (AN) juga dibahas dalam dialog tersebut. Anindito menyampaikan bahwa meskipun dilakukan dengan metode sampling, AN tetap menjadi cerminan kualitas pendidikan karena sampel yang diambil menggambarkan populasi siswa secara keseluruhan. Dia menekankan bahwa AN adalah alat untuk mendorong seluruh warga sekolah untuk fokus pada hal-hal yang sama, seperti mencegah perundungan dan memastikan pengajaran mencakup literasi dan numerasi dasar.
Anindito juga menekankan bahwa Merdeka Belajar, implementasi Kurikulum Merdeka, dan hasil AN saling terkait dan harus dijalankan secara holistik untuk mencapai tujuan yang sama: meningkatkan kualitas pendidikan dan pengalaman belajar siswa. “Ini semua bukan merupakan kebijakan terpisah, melainkan merupakan kebijakan holistik yang saling berkaitan satu dengan yang lain untuk mencapai satu tujuan yaitu agar anak-anak kita bisa belajar dengan lebih baik,” paparnya.
Dalam dialog ini, Kemendikbudristek mengajak komunitas-komunitas untuk menjadi mitra dalam menyuarakan Merdeka Belajar di tingkat lokal, dengan harapan bahwa upaya bersama ini akan membawa perubahan positif yang signifikan dalam pendidikan di Indonesia.