Kolaborasi Kemendikbudristek dan TNI AL Hadirkan Lomba Perahu Layar Tradisional
September 23, 2023 2023-09-23 15:38Kolaborasi Kemendikbudristek dan TNI AL Hadirkan Lomba Perahu Layar Tradisional
Penulis: Romanti(Manado, Itjen Kemendikbudristek) – Dalam rangka mengajak nelayan mempertahankan kebudayaan laut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut akan menyelenggarakan Lomba Perahu Layar di Manado, Sulawesi Utara, pada Minggu (24/09/2023). Pemilihan Manado sebagai lokasi lomba ini didasarkan pada sejarahnya sebagai bagian dari Jalur Rempah.

Sri Sugiharta, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Sulawesi Utara yang ditemui saat persiapan lomba menjelaskan bahwa wilayah Sulawesi Utara dahulu merupakan bagian dari Jalur Rempah, dan perahu layar adalah alat transportasi tradisional yang digunakan oleh masyarakat setempat. Lomba Perahu Layar ini menjadi upaya untuk membangkitkan kesadaran sejarah masyarakat terhadap tradisi nenek moyang mereka. “Tentu saja, alat transportasi tradisional masyarakat Sulawesi masa silam adalah perahu layar. Dengan demikian, Lomba Perahu Layar ini salah satunya dapat digunakan sebagai sarana untuk membangkitkan kesadaran sejarah masyarakat sekarang dengan kejayaan nenek moyang,” ujar Sugiharta pada Jumat (22/09/2023).
Meskipun saat ini kegiatan nelayan yang utama tidak lagi terkait dengan rempah-rempah, Sugiharta berharap lomba ini akan mendorong nelayan untuk melestarikan pengetahuan dan teknologi perahu layar tradisional. Dia juga mengingatkan pentingnya mewariskan pengetahuan ini kepada generasi muda. “Salah satu caranya, dengan bersedia mewariskan pengetahuan dan teknologi perahu layar tradisional ini ke anak cucu dan generasi muda lainnya,” ucapnya.
Selain itu, lomba ini juga bertujuan untuk mendorong nelayan untuk kembali menggunakan layar sebagai alat penggerak kapal, mengurangi penggunaan mesin tempel dengan solar sebagai bahan bakar yang tidak ramah lingkungan. Adi Wicaksono, Kurator Program Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023, menyampaikan bahwa acara ini dimaksudkan untuk mengingatkan nelayan tentang kehidupan bahari yang tak terpisahkan dari sejarah Jalur Rempah. “Melalui acara ini, kami juga ingin mengajak dan mengimbau nelayan untuk menggunakan layar karena lebih hemat dan ramah lingkungan sebab layar digerakkan oleh angin,” ucap Adi.
Lomba ini akan diikuti oleh 140 nelayan dengan total 70 perahu layar, yang berasal dari berbagai kelompok nelayan di Sulawesi Utara. Mereka akan menggunakan dua jenis perahu, yaitu perahu kayu dan perahu fiber/triplek. Lomba akan dimulai dari Pantai Karangria, menuju Bunaken, dan berakhir kembali di Pantai Karangria. Total waktu perlombaan diperkirakan sekitar tiga jam, dimulai pada pukul 09.00 WITA. Ada hadiah untuk enam peserta tercepat dari lima kategori, serta dana apresiasi dengan total Rp220juta.
Sebagai pendahuluan bagi Lomba Perahu Layar, dilakukan juga bincang budaya dengan tema “Temu Nelayan Perkapalan Tradisional untuk Kehidupan Laut yang Berkelanjutan” di Pesisir Karangria Grand Luley Manado, Sulawesi Selatan, satu minggu sebelum acara lomba. Acara ini dihadiri oleh 100 nelayan lokal yang telah dipilih dari 1500 nelayan lokal.
Dalam diskusi tersebut, ada dua sub-tema utama. Pertama, “Kehidupan Laut Berkelanjutan dalam Aspek Lingkungan dan Kebudayaan untuk Nelayan Setempat serta Peningkatan Ekonomi Berbasis Pelayaran Ramah Lingkungan,” yang dipimpin oleh Dahri Dahlan, seorang dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman. Topik kedua adalah “Penggunaan Layar: Kearifan Lokal, Pengetahuan, dan Teknologi Tradisional,” yang dibahas oleh Alex John Ulaen, seorang antropolog dan peneliti lepas di Pusat Kajian Komunitas Adat dan Budaya Bahari, Yayasan MARIN CRC Manado.
Diskusi ini bertujuan untuk mendekatkan para nelayan dengan pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana menjalani kehidupan bahari yang berkelanjutan dengan pendekatan budaya. Sebagai bagian dari acara tersebut, perwakilan nelayan juga menerima layar perahu secara simbolis sebagai pengingat akan pentingnya tradisi perkapalan tradisional.