Mahasiswa Indonesia Menangkan Kompetisi Besutan Elon Musk
Mei 19, 2023 2023-05-19 10:27Mahasiswa Indonesia Menangkan Kompetisi Besutan Elon Musk
Penulis: Romanti
(Berlin, Itjen Kemendikbudristek) – Tiga mahasiswa asal Indonesia mengharumkan nama RI dengan menjuarai lomba bergengsi tingkat internasional. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Jeffrey Kenny, Girvan Thamrin, dan Andrean Tedjojuwono yang berhasil menjadi pemenang utama dalam Not-A-Boring Competition di Texas, Amerika Serikat pada Sabtu, (01/04/2023). Ketiga mahasiswa ini bergabung dalam tim dari Technische Universität (TU) Munich Jerman.
Not-A-Boring Competition adalah ajang kreasi perusahaan Elon Musk, The Boring Company, yang menantang para mahasiswa dari seluruh dunia untuk merancang dan mesin bor untuk terowongan. Tahun ini, tantangan peserta adalah membuat mesin bor yang dapat melubangi terowongan lebih cepat daripada yang dapat dilewati siput.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin, Ardi Marwan, turut mengapresiasi kiprah ketiga mahasiswa ini. “Kami bangga atas pencapaian Mahasiswa Indonesia yang berhasil memenangkan lomba ini. Semoga dapat memotivasi Mahasiswa-Mahasiswa lain untuk terus berkiprah dan mengharumkan Indonesia di kancah internasional,” ucap Ardi dalam Bincang-Bincang Santai yang dilaksanakan secara daring oleh Satuan Kerja Pendidikan dan Budaya KBRI di Berlin pada hari Jum’at,( 05/05/2023).
Ajang Not-A-Boring Competition terbilang cukup ketat dengan beberapa kriteria dalam menentukan penilaian. Kriteria tersebut antara lain keamanan mesin dalam beroperasi, akurasi dan ketepatan mesin bor mencapai sasaran, dan kecepatan mesin untuk membuat suatu terowongan.
Andrean memaparkan, hanya ada dua tim yang mencapai tahap safety check dan diizinkan untuk memulai pengeboran, tim TU Munich dan tim dari Eidgenössische Technische Hochschule Zürich. “Artinya, kami berhadapan langsung dengan mereka di tahap final,” ujar Andrean.
Tim TU Munich yang terdiri dari 40 orang dengan beberapa sub-tim ini berhasil mengembangkan mesin bor yang mampu mencapai kecepatan rata-rata mencapai 11 m/jam dengan kecepatan maksimal hingga 25 m/jam, setara dengan 14x lebih cepat dari mesin bor standar industri.
Selain itu, mesin ini adalah dapat beroperasi di kondisi berlumpur, berpasir, atau berbatu, penggantian pipa menggunakan automasi robot tanpa cara manual, bentuk komponen ruang tambang yang inverted cone sehingga mempercepat kecepatan tambang, dan memiliki konsep mesin yang portable sehingga bisa cepat dan mudah dipasang. Mesin TU Munich berhasil mengebor terowongan dengan panjang 11,8 meter.
Butuh dua tahun bagi tim TU Munich untuk mengembangkan mesin bor tersebut. “Salah satu tantangan terbesar kami adalah manajemen waktu karena mesin kami membutuhkan perencanaan dan pengembangan yang matang,” ucap Andrean.
Girvan mengungkapkan bahwa keberhasilan tim TU Munich bukan tanpa tantangan, medan yang berlumpur dan lengket dapat menyumbat mesin bor kami, namun dengan kerja keras dan kegigihan, tim TU Munich berhasil mengembangkan cara agar tanah yang dibor tidak lengket. “Mesin kami menyemburkan cairan kimia tenside guna menurunkan efek viscositas pada tanah,” lanjut Girvan.
Jeffrey menyampaikan bahwa, mesin juga harus berbelok dengan akurat. “Oleh karena itu, kami harus mengembangkan sistem navigasi yang terhubung dengan sistem steering mesin kami dan pada akhirnya, mesin bor kami dilengkapi dengan kombinasi sensor seperti akselerometer, giroskop, dan magnetometer untuk mengukur dan melaporkan orientasi, kecepatan, dan gaya gravitasi,” ujar Jeffrey.
Di penghujung acara, Andrean berpesan bahwa Bangsa Indonesia harus percaya diri dengan kemampuannya, karena Bangsa Indonesia juga dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain dan memenangkannya.