Mengenal TEFA (Teaching Factory): Panduan Pengembangan dan Pelaksanaan Model Pembelajaran Inovatif di SMK
Februari 5, 2024 2024-02-05 9:37Mengenal TEFA (Teaching Factory): Panduan Pengembangan dan Pelaksanaan Model Pembelajaran Inovatif di SMK
Mengenal TEFA (Teaching Factory): Panduan Pengembangan dan Pelaksanaan Model Pembelajaran Inovatif di SMK
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Vokasi senantiasa berupaya meningkatkan inovasi bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Inovasi tersebut salah satunya dengan pelaksanaan Teaching Factory atau TeFa. Sebuah model pembelajaran yang dioperasikan seperti pabrik dalam sekolah, TeFa membawa pendekatan praktis yang merujuk pada standar dan prosedur industri sesungguhnya.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2015, Teaching Factory didefinisikan sebagai sarana produksi di sekolah yang dijalankan berdasarkan prosedur dan standar industri untuk menghasilkan produk sesuai dengan kondisi nyata industri, tanpa berorientasi mencari keuntungan. Grand Design TeFa SMK menjelaskan konsep pembelajaran ini sebagai suatu model berbasis produksi/jasa di SMK yang mengacu pada standar industri dan dilaksanakan dalam suasana mirip dengan industri sebenarnya.
Dalam jalur pendidikan SMK, keterlibatan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) menjadi aspek yang sangat krusial, mengingat kemajuan teknologi dan prosedur produksi/jasa yang berlangsung dengan cepat. Implementasi TeFa di SMK akan memicu pembentukan kerja sama yang saling menguntungkan antara SMK dan DUDI, menciptakan mekanisme yang memastikan SMK dapat selalu beradaptasi dengan perkembangan industri/jasa secara otomatis. Ini mencakup transfer pengetahuan teknologi, manajerial, evolusi kurikulum, pelaksanaan prakerin, dan aspek lainnya.
Tujuan Teaching Factory di SMK adalah untuk meningkatkan kesiapan kerja, menyelaraskan kompetensi, dan membentuk karakter kerja lulusan SMK sesuai dengan kebutuhan Dunia Usaha dan Industri (DUDI). Hal ini dicapai melalui proses pembelajaran yang berfokus pada produk/jasa (melibatkan rekayasa Perangkat Pembelajaran) yang diadakan dalam lingkungan, suasana, serta tatakelola yang mengikuti standar DUDI atau kondisi tempat kerja/usaha yang sebenarnya.
Prinsip-prinsip Teaching Factory di SMK mencakup:
- Perangkat pembelajaran didesain berdasarkan produk/jasa sesuai dengan kebutuhan masyarakat umum.
- Siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran berbasis produksi, sehingga kompetensi siswa berkembang melalui pengalaman pribadi dalam pembuatan, pelaksanaan, dan/atau penyelesaian produk/jasa, sesuai dengan standar, aturan, dan norma-norma kerja yang berlaku di DUDI.
Dalam prakteknya, TeFa tidak hanya menuntut keterlibatan pihak industri, namun juga Pemerintah Daerah (Pemda/Pemkot/Provinsi), orang tua, dan masyarakat dalam perencanaan, regulasi, serta implementasinya. Sebagai bagian dari upaya mengubah budaya pembelajaran di sekolah, Teaching Factory menghadirkan transformasi dari pembelajaran berbasis unit produksi menjadi pembelajaran berbasis TeFa.
Pentingnya merubah pola pikir ini terletak pada pengembangan ketrampilan, sikap, perilaku, dan budaya kerja industri pada peserta didik SMK. Sekolah harus menciptakan kondisi lingkungan, suasana, dan aturan kerja di ruang praktek seolah-olah berada di industri atau tempat kerja sebenarnya. Semua elemen sekolah, termasuk guru, staf, dan siswa, dituntut untuk bersikap dan berperilaku seperti di dunia industri.
Namun, perlu dicatat bahwa meskipun Teaching Factory menciptakan suasana kerja industri, tujuan utama sekolah tetaplah meningkatkan ketrampilan anak didik tanpa berorientasi mencari keuntungan. Pengkondisian area, lingkungan, dan suasana seperti di industri serta pembelajaran berbasis produk/layanan jasa riil bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat pada umumnya.
Pelaku utama dalam pembelajaran berbasis produk atau jasa ini adalah siswa, dengan bimbingan dari semua guru di sekolah, termasuk guru adaptif, normatif, dan produktif. Tahapan pembelajaran, mulai dari penyusunan materi pelajaran hingga magang industri, disesuaikan dengan produk atau layanan jasa yang akan dihasilkan oleh siswa.
Direktorat Pembinaan SMK Ditjen Vokasi juga menyediakan panduan yang membahas secara rinci tata cara mengembangkan, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil pembelajaran model Teaching Factory di SMK. Grand Design Pengembangan TeFa menjadi acuan bagi setiap SMK yang akan menerapkan model TeFa di sekolahnya. Harapannya, panduan tersebut dapat memberikan pemahaman yang seragam kepada semua pihak terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam pengembangan dan pelaksanaan TeFa, sehingga dapat memberikan kontribusi yang sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing.
Sumber: Panduan Pembelajaran Teaching Factory, Subdit Kurikulum, Direktorat Pembinaan SMK, Kemendikbudristek.