Artikel

Relevansi Skripsi dalam Meningkatkan Mutu Lulusan Sarjana: Apakah Sudah Usang?

Relevansi Skripsi dalam Meningkatkan Mutu Lulusan Sarjana: Apakah Sudah Usang?

Penulis: Romanti
Ilustrasi relevansi skripsi. (Desain: Romanti)
Ilustrasi relevansi skripsi. (Desain: Romanti)

Dalam dunia pendidikan tinggi, skripsi telah lama menjadi tugas akhir yang diwajibkan bagi mahasiswa sarjana. Namun, ada argumen yang muncul tentang relevansi skripsi dalam meningkatkan mutu lulusan sarjana saat ini. Beberapa pihak berpendapat bahwa skripsi mungkin sudah tidak lagi relevan dalam mempersiapkan lulusan untuk menghadapi tantangan di dunia nyata. Argumen ini semakin muncuk ke permukaan saat Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi diterbitakan. Dalam peraturan tersebut, dan diperkuat dengan peluncuran Merdeka Belajar Episode 26: Standar Nasional dan Akreditasi Pendidikan Tinggi pada Selasa (29/08/2023), skripsi disebutkan tidak lagi diwajibkan sebagai syarat kelulusan sarjana di Indonesia. Walau pemberlakukan aturan tersebut dikembalikan kepada masing-masing perguruan tinggi/pimpinan program studi, namun banyak insan perguruan tinggi yang sudah membahas wacana penggantian skripsi dengan tugas akhir lain.

Ada beberapa alasan yang membuat skripsi bisa digantikan dengan tugas akhir lain, seperti proyek, prototipe, portofolio, dan bentuk tugas lainnya. Hal ini dikarenakan, skripsi dirasa kurang relevan seiring bergesernya paradigma pendidikan, terutama karena ada perubahan dalam kebutuhan dan harapan dari dunia kerja, kemajuan teknologi, serta tantangan kompleks dalam masyarakat global. Dalam artikel, penulis akan membahan mengapa tugas akhir berupa skripsi mungkin sudah tidak lagi relevan dalam meningkatkan mutu lulusan sarjana.

 

Lamanya waktu yang dibutuhkan.

Salah satu alasan mengapa skripsi mungkin tidak lagi relevan adalah banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakannya. Proses penelitian yang intensif, analisis data yang rumit, dan tuntutan penyusunan laporan yang komprehensif memerlukan investasi waktuyang signifikan. Mahasiswa sering kali merasa tertekan oleh tuntutan untuk menyelesaikan tugas akhir ini dalam batas waktu yang ditetapkan oleh perguruan tinggi masing-masing.

Karena dunia kerja bersifat dinamis dan seringkali berubah seiring dengan kemajuan teknologi, skripsi, yang seringkali membutuhkan waktu lama untuk penelitian dan penulisan, mungkin sudah ketinggalan zaman ketika lulusan sarjana keluar ke pasar kerja.

 

Kurangnya Relevansi dengan Dunia Kerja

Salah satu kritik utama terhadap skripsi, tesis, dan disertasi adalah kurangnya relevansi mereka dengan dunia kerja. Terkadang, penelitian yang dilakukan dalam konteks tugas akhir ini lebih bersifat teoritis daripada praktis, sehingga lulusan sering kesulitan mengaplikasikan pengetahuan hasil dari penelitian mereka dalam pekerjaan nyata. Ini menciptakan kesenjangan antara kualifikasi akademis dan kebutuhan dunia kerja, yang dapat menghambat proses pencarian pekerjaan dan perkembangan karier mahasiswa. Hal ini tentu saja menjadi penanda kekurangan terbesar dari tugas akhir berbentuk penelitian bila dibandingkan dengan tugas akhir dalam beberapa bentuk yang lebih praktikal seperti: magang terstruktur di dunia kerja; pengerjaan proyek untuk memberdayakan masyarakat; dan beberapa tugas praktikal lainnya.

 

Masalah Biaya

Penelitian yang dilakukan dalam skripsi, tesis, atau disertasi seringkali memerlukan sumber daya finansial yang tidak sedikit. Ini termasuk biaya transportasi ke objek penelitian, pengadaan bahan penelitian, dan pengeluaran terkait penelitian lainnya. Salah satu contoh hambatan dari sisi biaya, biasnya responden menginginkan sesuatu atau imbalan setelah mereka mengisi kuesioner penelitian, bila tidak, kemungkinan tidak banyak responden yang mau terlibat. Bagi mahasiswa yang tidak memiliki dana ataupun akses ke dana yang cukup, ini dapat menjadi hambatan serius dalam mengejar tugas akhir mereka dengan baik.

 

Rendahnya Relevansi Tema Penelitian

Beberapa skripsi mungkin memiliki tema penelitian yang kurang relevan dengan dunia kerja atau kebutuhan industri. Hal ini dapat mengakibatkan lulusan sarjana memiliki pengetahuan yang terlalu teoritis tanpa aplikasi praktis dalam lingkungan kerja. Sementara itu, proyek-proyek praktis, magang, atau proyek kolaboratif dapat memberikan pengalaman yang lebih relevan.

 

Beban Kerja yang Berat

Proses penelitian dan penulisan skripsi memerlukan energi yang tidak sedikit. Hal ini bisa mengakibatkan stres berlebihan bagi mahasiswa, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan fisik mereka. Peningkatan beban kerja ini mungkin tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh dari skripsi.

 

Alternatif Pengganti Skripsi

Ada banyak alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan skripsi dalam meningkatkan mutu lulusan sarjana. Misalnya, proyek-proyek praktis, magang, kursus berorientasi industri, atau proyek kolaboratif dengan perusahaan atau organisasi dapat memberikan pengalaman yang lebih relevan. Mahasiswa dapat belajar sambil bekerja dengan praktisi yang berpengalaman dalam lingkungan nyata.

Skripsi telah menjadi bagian integral dari pendidikan tinggi selama bertahun-tahun, tetapi mungkin sudah saatnya untuk mempertimbangkan relevansinya dalam konteks pendidikan modern. Dengan perubahan yang terus berlangsung di dunia nyata, penting bagi institusi pendidikan untuk mengevaluasi apakah skripsi masih merupakan metode terbaik dalam meningkatkan mutu lulusan sarjana. Alternatif-alternatif yang lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi lulusan sarjana dalam mempersiapkan mereka untuk sukses di masa depan.