Berita

Silaturahmi Merdeka Belajar: Kolaborasi Tingkatkan Kompetensi Lewat Praktisi Mengajar

Silaturahmi Merdeka Belajar: Kolaborasi Tingkatkan Kompetensi Lewat Praktisi Mengajar

Penulis: Romanti

Jakarta, (Itjen Kemdikbudristek) – Seiring pesatnya dunia global, perguruan tinggi di Indonesia harus bergerak lebih cepat agar mampu bersaing dengan negara-negara lain serta bisa sejalan dengan arahan presiden Indonesia. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Menteri Pendidikan Budaya Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim dalam Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) secara daring melalui kanal YouTube Kemdikbud RI pada Kamis, (23/06). SMB kali ini membahas tentang pentingnya berkolaborasi untuk tingkatkan kompetensi lewat program ‘Praktisi Mengajar’.

Narasumber yang hadir dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar pada Kamis, (23/06). (Tangkap layar kanal YouTube: Kemdikbud RI).

Menteri Nadiem menyuarakan bahwa perguruan tinggi di Indonesia itu harus bertransformasi dan bergerak lebih cepat, agar para generasi muda dapat menghadapi masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, guna menjawab tantangan tersebut, program ‘Praktisi Mengajar’ hadir sebagai salah satu solusi yang mendukung transformasi. Kehadiran program ‘Praktisi Mengajar’ sendiri diharapkan akan membawa perubahan pada sistem pembelajaran dikelas, sehingga mahasiswa bisa belajar dengan metode studi kasus masalah terkini.

Penjelasan lebih dalam diungkapkan oleh Direktur Sumber Daya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Sofwan Effendi. “Tujuan utama dari hadirnya ‘Praktisi Mengajar’ adalah meluluskan mahasiswa dengan kualitas terbaik dengan beberapa indikator, misalnya mahasiswa tersebut dapat memenuhi kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja dan profesi. Oleh karena itu, sejauh ini pengalaman belajar dikelas yang dijalankan oleh para dosen akademik itu rasanya akan lebih lengkap apabila diberi pengalaman praktis, sehingga mahasiswa mendapatkan dua sisi kompetensi yang saling melengkapi” ujarnya.

Sofwan melanjutkan, harapan sebagian besar orang mendapatkan pekerjaan yang layak setelah mereka lulus dari perguruan tinggi, namun bedasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2016 sampai 2018, banyak perusahaan di Indonesia mengeluhkan sulitnya mendapatkan lulusan yang siap bekerja. Industri menilai relevansi kemampuan para lulusan baru masih sangat rendah yakni berada diangka 64%. “Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kemendikbudristek melakukan berbagai terobosan diantaranya program Praktisi Mengajar. Melalui program ini, kolaborasi antara perguruan tinggi, dosen dan praktisi dapat terjadi diruang kelas, sehingga dapat mempercepat kesiapan mahasiswa untuk masuk ke dunia kerja. Wawasan dari kolaborasi akademisi dengan praktisi diharapkan dapat menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan kepemimpinan, mampu memecahkan masalah, dapat berkomunikasi dengan baik, serta dapat beradaptasi yang mumpuni. Oleh karena itu, Kemendikbudristek mengajak seluruh praktisi didunia industri agar dapat berkolaborasi melalui program yang sudah diusung sebelumnya, yaitu Praktisi Mengajar,” pungkas Sofwan.