Unicamp Preloader
Berita

Sosialisasi Agen Anti Perundungan di Sekolah pada Dinas Pendidikan se-Indonesia

Sosialisasi Agen Anti Perundungan di Sekolah pada Dinas Pendidikan se-Indonesia

Penulis: Romanti

(Jakarta, Itjen Kemendikbudristek) – Penguatan Karakter (Puspeka) dan Direktorat SMP, SMA, dan SMK Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali melaksanakan program anti perundungan di sekolah di Indonesia, atau yang dikenal dengan program ROOTS.  Program yang merupakan kerja sama dengan United Nations Children’s Fund (Unicef) Indonesia ini menjalani tahap sosialisasi untuk pelaksanaan tahun 2023 pada Selasa, (16/05/2023).

Sosialisasi Program Roots Anti Perundungan dilakukan secara hibrida, dengan acara luring di Jakarta, Senin 15 Mei hingga Selasa 16 Mei 2023. (Foto: Kemendikbudristek)

Perundungan di lingkungan pendidikan di Indonesia adalah hal yang sangat urgen untuk segera diatasi, demikian diungkapkan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. “Indonesia memiliki urgensi besar untuk segera mengatasi perundungan yang ada di lingkungan satuan pendidikan secara efektif dan berkelanjutan,” papar Mendikbudristek.

Mendikbudristek melanjutkan dengan memaparkan hasil Asesmen Nasional Tahun 2021 atau Rapor Pendidikan tahun 2022, yang  menunjukkan sekitar 25 persen peserta didik di Indonesia mengalami berbagai bentuk perundungan, baik fisik, verbal, sosial/relasional, ataupun secara daring (cyberbullying).

“Salah satu upaya yang tengah kami lakukan untuk mengatasi perundungan di satuan pendidikan adalah menerapkan program Roots Indonesia. Sebagai sebuah gerakan tentunya upaya ini harus kita lakukan bersama. Pendidikan yang maju berawal dari sekolah yang bebas dari kekerasan,” ujar Mendikbudristek dalam sambutannya di pembukaan sosialisasi.

Program Roots untuk upaya anti perundungan sudah seyogianya didukung bersama-sama, mulai dari Pemerintah daerah, warga sekolah, hingga orang tua siswa. “Semua harus berkolaborasi mencegah dan menangani tindak kekerasan, orang tua harus menciptakan lingkungan rumah yang aman dan mendorong anak-anak menjadi agen perubahan, dan masyarakat sekitar harus bergotong royong melindungi anak dari kekerasan,” ujar Menteri Nadiem.

Melalui program Roots,   7.369 sekolah jenjang SMP dan SMA/ SMK yang berasal dari 489 kabupaten/ kota di 34 provinsi di Indonesia telah didampingi sejak 2021. Selain itu,  sebanyak 13.754 fasilitator guru anti-perundungan di jenjang SMP dan jenjang SMA/SMK, serta 43.442 siswa agen perubahan anti-perundungan yang berperan untuk menyebarkan pesan dan perilaku baik di lingkungan sekolah telah tercipta dari kegiatan ini.

Sosialisasi program dilakukan kembali tahun ini agar dapat semakin memperluas gerakan dan dampak manfaat dari program Roots.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti menjelaskan pentingnya peran dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota dalam mendukung pelaksanaan program .  “Peran tersebut antara lain, memastikan keikutsertaan satuan pendidikan terpilih untuk mengikuti bimbingan teknis (bimtek), memfasilitasi penggunaan dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) untuk pelaksanaan program Roots Indonesia, mengawal dan memastikan satuan pendidikan sasaran menerapkan program Roots Indonesia setelah mengikuti bimtek kepada fasilitator guru,” ujar Sesjen Suharti.

Sesjen Suharti melanjutkan, ia berharap dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota juga diharapkan dapat mengembangkan program Roots Indonesia di daerah masing-masing agar terus berjalan, berkelanjutan, dan disebarluaskan pada satuan pendidikan lainnya.

Sementara itu, Kepala Puspeka Kemendikbudristek, Rusprita Putri Utami turut menekankan peran penting dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap pembinaan dan pengembangan pendidikan di daerahnya masing-masing.

“Melalui kegiatan ini, kita juga sekaligus ingin mensosialisasikan dan mengkoordinasikan rencana program Roots Indonesia di satuan pendidikan jenjang SMP, SMA, dan SMK tahun 2023 yang akan segera kita laksanakan mulai bulan Mei ini,” tuturnya.

Salah satu peserta acara sosialisasi, Staf Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Moh. Hariyanto, mengungkapkan selama ini belum ada program khusus yang spesifik untuk mengatasi perundungan di sekolah di daerahnya.

“Program Roots ini bagus, kalau bisa program ini dapat diimplementasikan ke seluruh jenjang pendidikan khususnya di daerah Provinsi Jawa Tengah agar pencegahan perundungan di sekolah bisa semakin efektif,” pungkasnya.